Seorang filosof tua sedang berjalan sambil memikirkan untung rugi nasibnya. Untungnya menjadi filosof, ruginya menjadi filosof. Dan dia juga memikirkan dari mana asalnya filosof. Kemudian dia bertemu dengan seorang pengembala lembu, juga tua sepertinya. Ada lembu jantan, ada lembu betina, ada lembu putih, ada lembu hitam, ada lembu putih.
Lalu dia bertanya kepada pengembala tua itu, “Apa yang kau buat di sini orang tua?”
Si pengembala tua itu tidak menjawab. Yang keluar dari suaranya cuma, “Bah! Bah! Bah!”
“Apa yang kau buat di sini wahai orang tua?”
Si pengembala tua itu memandang filosof tua itu dengan seribu makna. Keruh mukanya, menahan rasa lucu berbaur meluat, sambil lidahnya terus bergetar, “Bah! Bah!”
“Buat ke sekian kalinya aku bertanya wahai orang tua, apa yang kau buat di sini?”
“Bah! Bah! Hari sudah remang senja…. Bah! Bah! Rumput pun sudah tak nampak. Kau nampak rumput itu?” Soal si pengembala
“Nampak. Tapi itu tidak menjawab persoalan aku wahai…….”
Belum sempat dihabiskan ayatnya, si pengembala melenting amarah, “Hoi orang tua bodoh! Tak nampak aku sedang mengembala lembu? Aku sedang beri lembu aku makan!”
Si filosof tua terperanjat, hampir mahu gugur tangkai jantungnya. Dunia menjadi sepi seketika kecuali bunyi-bunyi gigi lembu mengisar rumput, “Srapp….srapp…srraapppp”
“Inilah yang aku cari! Akhirnya aku dapat!”, bentak Si filosof tua.
Lalu Si filosof menyambung, “Rupa-rupanya semua filosof berasal dari lembu!”
“Bah! Bah! Bah! Srappp….srappp….srappp…” dunia sepi kembali.
Lalu dia bertanya kepada pengembala tua itu, “Apa yang kau buat di sini orang tua?”
Si pengembala tua itu tidak menjawab. Yang keluar dari suaranya cuma, “Bah! Bah! Bah!”
“Apa yang kau buat di sini wahai orang tua?”
Si pengembala tua itu memandang filosof tua itu dengan seribu makna. Keruh mukanya, menahan rasa lucu berbaur meluat, sambil lidahnya terus bergetar, “Bah! Bah!”
“Buat ke sekian kalinya aku bertanya wahai orang tua, apa yang kau buat di sini?”
“Bah! Bah! Hari sudah remang senja…. Bah! Bah! Rumput pun sudah tak nampak. Kau nampak rumput itu?” Soal si pengembala
“Nampak. Tapi itu tidak menjawab persoalan aku wahai…….”
Belum sempat dihabiskan ayatnya, si pengembala melenting amarah, “Hoi orang tua bodoh! Tak nampak aku sedang mengembala lembu? Aku sedang beri lembu aku makan!”
Si filosof tua terperanjat, hampir mahu gugur tangkai jantungnya. Dunia menjadi sepi seketika kecuali bunyi-bunyi gigi lembu mengisar rumput, “Srapp….srapp…srraapppp”
“Inilah yang aku cari! Akhirnya aku dapat!”, bentak Si filosof tua.
Lalu Si filosof menyambung, “Rupa-rupanya semua filosof berasal dari lembu!”
“Bah! Bah! Bah! Srappp….srappp….srappp…” dunia sepi kembali.